Assalamu'alaikum wr.wb
...Aku masih ingat leluhurku pernah bertutur kisah tentang sebuah negeri anugrah langit yang kaya raya. Konon di negeri itu tidak ada tumbuhan yang tidak bisa tumbuh, dan tidak ada binatang yang tidak betah hidup di sana. Hampir tidak ada permukaan negeri itu yang tidak hijau karena selalu tertutup hutan atau semak hijau tanah pertanian. Setiap jengkal tanah negeri itu, mengandung rezeki kesuburan yang tiada bandingannya. Negeri hasil perkawinan sirkum Mediterania dan Pasifik itu sering disebut orang dengan julukan zamrud khatulistiwa. Permata hijau dunia yang damai, kaya dan sejahtera..Sampai saat itu tiba...
...Aku masih hafal leluhurku pernah bertutur kisah tentang sebuah negeri biru laut yang ramai dilalui kapal saudagar-saudagar besar. Konon di negeri itu tidak ada kapal yang tidak menyempatkan untuk singgah dan tidak ada barang yang tidak tersedia. Hampir semua kerajaan-kerajaan di sana, adalah kerajaan maritim dan besar. Nama besar Kutai, Sriwijaya, Majapahit, Tarumanegara dan Gowa pernah bertahta di negeri perbatasan dua samudra raksasa dan dua daratan maha itu. Nama besar suku Bugis, DewaRuci juga pernah mengharumkan negeri impian yang akhirnya jadi rebutan dunia itu. Negeri rempah yang kaya, sejahtera, dan damai...Sampai saat itu tiba...
...Aku masih paham leluhurku pernah bertutur kisah tentang sebuah negeri anugrah bumi yang menyilaukan. Konon di negeri itu, tidak ada air bumi yang tidak mengucur,dan tidak ada galian yang tidak bernilai di sana. Hampir tidak ada hasil tambang yang tidak ada di sana. Negeri emas, dan logam mulia. Negeri minyak dan batubara. Negeri timah dan kuarsa. Negeri pewaris harta karun alam yang makmur, santun, dan berwibawa...sampai saat itu tiba...
..Negeri impian sepanjang jaman, yang loba dan lalai panjatkan syukur atas titipan-Nya...
Sepenggal puisi di atas, mengingatkan bahwa sebenarnya banyak nikmat yang membuat negeri ini terlalu sayang untuk disia-siakan. Zamrud khatulistiwa, sebutan yang sangat akrab di telinga kita sejak kita masih duduk di sekolah dasar. Betapa bangganya saat itu, ketika guru saya bercerita pengalaman seorang Arab yang datang ke negeri ini. Orang Arab itu terkagum-kagum melihat tanah Indonesia, hatta bukan daerah wisata, sampai mengatakan kalimat yang sempat membuat saya dan teman-teman yang lain tersenyum bangga,”..inilah surga dunia!!”, katanya. Betapa tidak, dia melihat sendiri bagaimana batang pohon yang tergeletak saja bisa tumbuh. Ungkapan itu memang terlihat wajar bagi seorang yang berasal dari lingkungan gurun yang kering itu. Meskipun begitu, itulah gambaran kekaguman seorang warga negara asing terhadap kesuburan tanah persada ini.
Masih ingat lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut? Sebuah lagu sederhana yang mengungkapkan betapa tingginya peradaban maritim Indonesia dahulu kala. Masih ingat tentang pelajaran sejarah yang mengungkapkan kebesaran kerajaan-kerajaan maritim lama, seperti Kutai, Sriwijaya, Tarumanegara, Samudra Pasai, Ternate, Gowa. Untuk sebuah negeri yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan dan terletak di posisi silang yang strategis, perdagangan maritim yang ramai saat itu bukanlah hal yang luar biasa. Negeri ini patut bangga karena memiliki kira-kira 17.506 pulau potensial dan garis pantai terpanjang di dunia.
Cukup sudah pujian dilontarkan pada negeri ini, karena semakin banyak potensi besar negeri ini disebutkan, semakin banyak pula kepedihan menyertainya. Kepedihan yang mengungkapkan bahwa kehebatan-kehebatan itu semu, karena sebagian darinya bukan lagi milik negeri ini, dan bisa jadi sebentar lagi semua itu bukan milik negeri impian ini lagi.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Negeri yang sakit...
Negeri ini sekarang sedang bergulat dengan ‘krisis klasik’ yang terjadi sejak 1997, yang ternyata justru membuka borok-boroknya selama ini. Negeri ini harus rela harga dirinya dirampok oleh negara / lembaga penyandang dana, karena jika tidak, bantuan dana akan dihentikan, sementara bantuan dana dibutuhkan untuk menutupi defisit APBN. Betapa buruk performansi keuangan negeri ini, hingga anggaran pembayaran bunga pinjaman rutin, mampu melebihi anggaran pembangunan sebesar 113% (Kompas). Betapa buruk moral para penyelenggara negara, hingga negeri ini ditempatkan pada urutan ke-2 dunia sebagai negara yang terkorup.
Angka pengangguran riil sebesar 27 juta dan angka penggangguran total 40 juta juga bisa menajdi gambaran keterpurukan negeri ini. Bagaimana dengan tingkat pendidikan? Tidak lebih baik dari kondisi keamanannya.
Kenapa ini semua bisa terjadi? Bukankah negeri ini memiliki muslim terbesar di dunia? Bukankah islam adalah solusi?
Judgement tersebut bisa salah kalau yang dijadikan parameter adalah orang-orangnya (muslim). Islam memang solusi, tapi yang menjadi masalah, masih terdapat gap antara islam dan penganutnya. Masih banyak Islam KTP. Betapa tidak, jika kita lihat ternyata di negeri muslim terbesar ini, bisa lahir goyang yang sedemikian variatifnya. Bagaimana mungkin di negeri ini, ada ayah yang tega mencabuli anaknya sendiri? Bagaiamana mungkin di negeri ini, ada diskriminasi hak untuk rakyat kecil? Bagaimana mungkin di negeri ini, masih banyak anak-anak kecil yang tidak sekolah dan mengamen di jalanan?
Bagaimana mungkin islam tidak benar-benar menjadi solusi umat?
Merajut masa depan...
Jangankan bermimpi menjadi negara besar, sekedar optimis agar negeri ini bisa keluar dari lingkaran setan krisis ini saja kesulitan. Kita tidak bisa membayangkan jika kondisi umat ini tidak berubah segera, bom waktu kehancuran umat ini akan meledak.
Umat ini membutuhkan agen-agen peubah yang segera bertindak memperbaiki umat dari segala lini. Kita sama-sama ingin tercipta masyarakat santun, jujur, madani, sejahtera. Kita sama-sama ingin muncul generasi muda hasil pendidikan yang benar dan tepat. Kita menginginkan anak-anak bangsa ini tumbuh di lingkungan yang kondusif dan penuh kasih sayang, bukan kekerasan dan diskriminatif.
Kebutuhan akan pejuang-pejuang baru..
Mimpi itu akan jadi sekedar mimpi kalau saja umat muslim di Indonesia tidak segera sadar, dan turun tangan melakukan perbaikan, sesuai kapasitas masing-masing. Jika hal itu harus dilakukan dengan memasuki sistem parlemen, dan pemerintahan, ayo kita lakukan. Jika hal itu harus dilakukan dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat, ayo kita lakukan. Jika itu harus dilakukan dengan membuang setiap sampah pada tempatnya, ayo kita lakukan. Bahkan jika itu harus dilakukan dengan mengurungkan niat untuk mengorupsi uang negara, meskipun ada peluang terbuka lebar, ayo kita lakukan. Apapun yang bisa kita lakukan sesuai kapasitas kita, mari kita lakukan. Bukan nanti, tapi sekarang. Bukan menunggu orang lain mencontohkan, kita yang harus jadi contoh. Bukan melakukan pekerjaan besar dan heroik, tapi mulai dari yang sepele di sekitar kita. Jika kita percaya bahwa Allah akan membuka jalan bagi mereka yang mau mengubah keadaan kaumnya, lakukan amal besar ini dengan sungguh-sungguh.
“ ...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya. Dan sekali-kali tiada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar Ra’d : 11).
Tidak perlu lagi, menyalahkan pemimpin, atau siapapun. Yang jelas, jika ada yang salah, mari kita koreksi. Bagi yang dikoreksi, harus siap menerima dan memperbaiki diri. Jika masing-masing orang dari umat ini, membuka hati, dan pikiran, insyaallah ridho Allah akan selalu hadir menyertai langkah-langkah hijrah kita.
Peran dan posisi pemuda muslim
Ketika muncul pertanyaan, “jika kita harus memilih, siapa yang seharusnya menjadi agen utama perbaikan umat ini ?”. Jawabnya pasti, orang muda. Orang tua memang bisa diandalkan, karena pengalaman dan kebijkasanaannya, akan tetapi untuk sebuah visi besar perbaikan bangsa yang membutuhkan proses panjang, tentu keberadaan orang tua sebagai panglima, perlu dipertimbangkan, sementara tidak mungkin idealisme ini diberikan kepada anak-anak.
Untuk itulah seorang pemuda harus mengambil peran dalam perbaikan umat ini. Paling tidak ada 5 peran yang bisa diambil seorang pemuda muslim dalam memperbaiki umat ini.
•Membangkitkan semangat dari masalah-masalah / generasi pendobrak (bi’sul himmati minat tasaaulat).
Hal ini dicontohkan Nabi Ibrahim as yang saat itu masih pemuda, berani berkata lantang kepada kaum tua, termasuk ayahnya, mengkritik perilaku kaummya yang menyembah berhala.
“...patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat padanya?” (Q.S. Al Anbiya : 52).
•Generasi penerus (naqlul ajiyaal)
Generasi mudalah yang pada gilirannya akan mengemban warisan tugas memimpin umat. Untuk itu, kaum muda harus menyadari itu, dan segera mempersiapkan diri sejak dini.
•Generasi pengganti (istibdaalul ajiyaal)
•Memperbaiki moral umat (tajdiidul ma’nayatul ummah)
•Unsur-unsur perbaikan (‘anaa siirul islah)
Kaum muda memiliki posisi yang strategis dalam pembaharuan umat. Oleh karena itu, kaum muda mendapat perhatian khusus dari Allah. Allah tidak hanya menghisab waktu kita di dunia dihabiskan untuk apa, tetapi juga akan menghisab masa muda setiap manusia. Jika kaum muda dari umat ini menghabiskan waktunya dengan perbuatan sia-sia, maksiat, hedon, hura-hura, niscaya umat ini sudah kehilangan harapan. Demikian pula sebaliknya.
Patutkah umat ini berharap?
“Apakah umat muslim di Indonesia patut berharap pada para pemudanya?”. Jawabnya, ya.
Memang harus diakui, bahwa secara umum kondisi pemuda muslimdi Indonesia tidak lebih baik dengan pemudi kebanyakan di dunia. Arus pergaulan bebas, narkotika, pornografi, hedonisme turut mewarnai kondisi pemuda Indonesia pada umumnya, dan pemuda muslim khususnya. Penduduk Indonesia yang besar, serta tingkat pendidikan yang rendah membuat Indonesia menjadi sasaran empuk bagi produk-produk, yang belakangan mengambil segmen utama par apemuda, atau yang sekarang dikenal sebagai ABG. Konsumerisme juga mulai membanjiri Indonesia. Bahkan ini diperparah, karena pemuda mendapat contoh riil konsumerisme dari orang tua mereka sendiri, ibu mereka sendiri.
Jika kita hanya memikirkan ini semua, tentu yang muncul kemudian adalah rasa pesimis. Pesimis terhadap kemampuan pemudsa mengemban tugas masa depan. Namun mari kita tengok sejenak, di beberapa sudut hingar bingar kota, di sudut-sudut masjid sekolah, masjid kampus, pesantren, dan tempat lain, masih ada pemuda yang mau belajar Al Quran, masih ada pemuda yang tidak suka dengan pergaulan bebas, narkotika dan sebaginya. Sosok-sosok inilah yang seharusnya kita munculkan agar optimisme umat muncul dan paling tidak mamapu memberikan contoh kepada pemuda lain. Selama masih ada pemuda yang mau belajar dan mengajarkan dien ini, umat ini masih patut berharap..akan perbaikan dan kejayaan umat.
Mulailah bertekad!!
..bismillahirrahmanirrahim!! faidza azzamta fatawakkal ‘alallah..
Wassalamu'alaikum wr.wb
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar