“Penyesalan…” satu kata yang dari dulu selalu aku hindari, tapi sekarang aku benar – benar mengalaminya. Sebuah pelajaran yang aku dapatkan setelah dia benar-benar pergi meninggalkan aku, untuk selamanya! Aku memang telah mengikhlaskannya tapi aku tak akan bisa melupakannya. Satu hal yang sangat kusesali, ku tak sempat ucapkan sebuah kata maaf! Sungguh nilai yang tak sebanding jika melihat apa yang telah kulakukan. Dan tak sempat pula kuucapkan terima kasih atas semua yang dia berikan untukku.
***
”Dinda…dinda…” tiba-tiba Rizki memanggilku dari kejauhan.
“Ya, ada apa Riz?” Aku langsung menghampiri dia yang sedang berada di kantin.
”Dinda, besok mau ambil nilai olahraga ya, aku boleh jemput kamu pulangnya?”
Apa? Jujur aku sedikit tidak menyangka, senang sich tapi… aku akan grogi kalau ada Rizky. Tapi ya Ok-lah.
“Boleh, tapi jangan terlalu siang ya soalnya aku mau pulang lebih awal.”
“Ok! Bye..” Rizky langsung pergi setelah menyetujui persyaratanku, aku tahu dia pasti malu. Aku pun juga merasa begitu, hanya bicara yang pentingnya saja. Padahal sebelumnya aku biasa dengan lancar ngobrol atau bercanda dengan dia, tapi semenjak ku menyadari perasaanku, aku selalu grogi di hadapan dia, dia pun begitu. Kita sama-sama tidak mau mengutarakan apa yang ada di hati sebenarnya masing-masing. Aku sendiri masih tidak yakin karena dia tidak seperti laki-laki yang kuinginkan, walaupun sebenarnya ku menyukainya. Dan lagipula aku juga masih belum siap dengan omongan teman-temanku kalau sampai aku jadian sama dia. Duh, aku paling gak bisa dengerin omongan orang.
***
Rrt..Rrrt..Rrt… Suara sms membangunkanku. Siapa sih malam-malam begini sms?! Oh ternyata dari Risky, ada apa ya?
“Dinda… maaf banget ya besok aq ga bisa jemput kamu. Aq ada masalah yang harus di selesaikan?tapi kalau masalahku sudah selesai aku langsung kesana”
Ugh, sebel, tapi ya udahlah biar aja, gak usah dibalas. Tanpa kuperdulikan aku langsung tidur lagi… Zzz… Zzz…
***
“Dinda kamu ambil nilai yang bagus ya? Biar prestasi kamu bertahan. Ok?!” Irfan selaku ketua kelas memotivasiku setiba di GOR saat pengambilan nilai. Aku adalah salah satu murid yang punya prestasi lumayan baik di sekolah. Itu juga salah satu hal yang buat ku berpikir untuk jalan bareng dengan Rizky.
***
Setelah pengambilan nilai, saat aku mau pulang, tiba-tiba… Lho itu kan Risky, katanya gak bisa jemput ada masalah?! Ya udahlah aku gak mau temuin dia. Lewat belakang aja biar gak ketemu, satu lagi senjataku selain acuh yaitu menghindar. Lagi pula sekali lagi aku katakan, aku suka grogi makanya gak mau ketemu dia. Dia memang selalu begitu suka membuat kejutan padaku, selalu bilang tidak bisa tapi akhirnya “Ya”. Aku sebagai cewek normal suka diperlakukan seperti itu tapi aku sendiri tidak bisa membalasnya.
Sesampai di stasiun Rizky selalu melihat ke arahku walaupun dia sedang dengan temannya. Tapi aku tidak berani untuk menyapa duluan, lagipula apa kata temanku. Biarlah toh besok bisa ketemu.
***
”Pagi Dinda. Eh, tahu kabar pagi ini gak? Si Rizky berhenti sekolah lho?!!!”
Deg! Benarkah? Ayu, salah satu temanku di kelas memberitahu itu.
“Beneran Yu? Kata siapa?!” Dalam hati ku berharap ini bohong. Ya ALLAH semoga…
“Bener kok Din. Tadi aku ketemu di stasiun dia bilang begitu. Ya emang dasar dia anak bandel gitu? Untung aja kamu ga jadi sama dia. Ya udah ya, aku ke kelas duluan.”
Aku hanya mampu tersenyum kecut, aku bingung harus bilang apa. Sesaat aku tersadar mungkin yang dia maksud ada masalah itu adalah ini semua, terlintas perasaan bersalahku karena aku sudah bersikap acuh tapi entah kenapa perasaan itu tidak berlangsung lama karena setelah itu aku kembali melanjutkan aktifitas seperti biasa.
***
”Dinda…” Sayup-sayup kudengar ada yang memanggilku, tapi siapa ya? Ramai stasiun begini aku sulit mengetahui siapa.
“Dinda…” Sekali lagi terdengar ada yang memanggilku. Dan ternyata… Rizky! Setelah dua minggu dari dia berhenti sekolah aku tidak pernah bertemu lagi, bertemu di stasiun seperti ini sebenarnya aku senang tapi aku lagi sama Lulu. Apa kata dia??
“Dinda mau pulang ya? Berdua aja nich?”
Aku hanya membalas dengan tersenyum karena aku merasa bingung harus bagaimana, apalagi aku pulang bareng Lulu (teman baikku), aku takut di ejek (begitulah aku, berpikir yang tidak seharusnya). Tanpa sadar kita bertiga sudah duduk di salah satu tempat duduk di peron.
“Dinda…”
Oh my God, dia menatapku dengan serius. Jangan-jangan…? Gak! aku gak mau sampai dia mengatakan itu. Hhuuhh… untunglah segera ada kereta.
“Sory Ky, aku pulang duluan ya? Kereta udah datang. Bye…” Tanpa perduli lagi, aku langsung naik kereta, dan Lulu segera aku tarik. Maaf ya Ris… Aku tahu dia kecewa.
***
Setelah itu beberapa bulan aku tidak bertemu Rizky, ada perasaan rindu tapi aku tidak terlalu memperdulikannya karena aku sedang sibuk dengan ujian.
Oya hari ini ada pengajian mingguan di sekolah, aku biasa mengikutinya sebagai vitamin atas imanku. Walaupun pulang agak larut menurut jam sekolah tapi aku tak perduli. Terkadang omongan tidak enak juga harus ku terima apalagi kalau melewati stasiun. Selalu saja ada omongan iseng “Pulang lembur neng baru pulang” Uggh! Sabar…
***
Yah hujan, mana udah malam sedangkan aku masih pakai seragam abu-abu. Sehabis pulang pengajian aku harus bingung, karena sudah malam trus hujan aku harus di stasiun pula. Sebbel!!! Tapi ternyata justru malam itulah yang akan kukenang selamanya.
“Dinda, mau pulang ya?! Abis pengajian sekolah?” Ternyata sudah ada Rizky di belakangku. Oh my god, aku kaget banget dan gak tahu kenapa jantungku berdebar kencang banget, seperti ada balap F1 di hatiku.
“Eh..Mm..Iya Riz.” Aku berusaha menutupi kegugupanku. “Udah malam banget hujan lagi?!” lanjutku lagi.
Tapi tiba-tiba Rizky pamit ke belakang sebentar, kukira dia mau menemui temannya. Sebeel, dicuekin langsung pergi lagi! Tapi ternyata? Dia beli payung!
“Yuk Din.” Dia langsung menarikku meninggalkan stasiun. Aku jadi bingung, hal kecil yang dia lakukan kali ini membuat aku gak mampu bilang apa-apa. Tentu aja sebelku yang tadi langsung hilang. Sepanjang jalan di tengah hujan hanya ada aku dan dia, orang-orang sekitar sedang meneduh dan melihatku dengan anggapan masing-masing. Aku benar-benar merasa seperti di lindungi, nyaman, dan aku juga merasakan ketulusan dia. Sungguh saat itu aku ingin mengatakan “Aku sayang kamu” tapi kembali tak bisa ku ucapkan.
***
Setelah malam itu aku tak bisa memungkiri, aku selalu kepikiran Rizky. Tapi aku bingung harus bersikap bagaimana. Ditambah aku mau ujian! Aku gak mau gagal ujian hanya karena ini.
***
”Dinda ada titipan. Ya udah ya mau langsung balik nich.” Nuri langsung pergi setelah memberiku hadiah yang aku gak tau isinya apa dan pengirimnya siapa. Tinggal aku sendiri yang kebingungan.
Sesampai di rumah, aku langsung membukanya. Dan jantungku seperti berhenti! Ya dari Rizky. Dia memberikanku sebuah bantal hati lengkap dengan tulisan “I Love you” dan boneka beruang kecil memeluk bantal itu. Sungguh saat itu aku benar-benar bingung, aku gak bisa berpikir karena saat itu aku memikirkan ujian.
Tiba-tiba… “Rrrt..Rrrt..” Hpku berdering ada sms. Aku tahu ini dari Rizky, Benar saja!
“Gimana dinda, suka ga?” Singkat tapi cukup jelas maksudnya. Dan aku hanya bisa bilang “Ya..” Aku sendiri tidak tau apa maksud jawabanku bilang ya. Duh..udah ah pusing! Seperti biasa aku acuh kembali.
***
Besoknya, sudah aku duga Rizky pasti datang. Dia ada di stasiun, Sungguh aku bingung! Kembali aku hanya mampu menghindar dan pasang tampang acuhku, karena hanya dengan itu dia tidak akan berani mendekatiku. Aku tahu salah, tapi aku juga belum bisa bilang “Ya maupun Tidak” pada dia. Mungkin aku seperti mempermainkan perasaannya, Maafkan aku!
***
Aku tahu dia pasti marah! Betul saja, tidak ada kabar sama sekali. Tapi aku tidak mau terlalu memusingkan masalah ini karena aku akan ujian! Aku harus fokus pada ini dulu. Egoisnya aku!!! Tidak tahu di sana dia sedang memikirkanku.
***
Hari ini kelulusan… dan alhamdulillah sekali aku lulus! Tapi jujur aku merasa ada yang kurang, karena tak ada Rizky di sini.
“Dinda…”
Oh My God… jantungku hampir berhenti untuk kesekian kali karena dia. Kulihat Rizky di depan mataku.
“Selamat ya, lulus…” Senyum manis dia berikan padaku
“Ya…” Aku hanya mampu balas itu, padahal aku tahu dia pasti ingin mengajakku jalan. Tapi ga tahu kenapa setelah itu aku malah asyik dengan temanku yang lain, dan Rizky??
***
”Assalamualaikum.. Dinda.”
Malam begini siapa yang bertamu ya? Oh My God Rizky lagi, kembali dia mengejutkanku. Tapi aku bingung harus bersikap bagaimana, Alhasil setelah mempersilahkan dia masuk, kami hanya banyak diam. Dan dia pulang setelah benar-benar merasa tidak ada lagi yang bisa dibicarakan. Selalu begini… Huuh…
***
Asslamualaikum Dinda…”
Siapa lagi yang bertamu malam-malam, aku kira itu Rizky. Tapi ternyata Ade, teman dekatnya Rizky. Dan aku sama sekali tidak menyangka hari ini adalah hari yang akan membuat diriku berubah. Dan penyesalan yang selalu ada kala aku ingat semua…
“Dinda, kamu yang tabah ya, Rizky meninggal tadi sore kecelakaan.” Satu detik yang seakan membuat duniaku berhenti. Aku tak mampu berkata apa-apa, sampai Ade menyadarkanku.
***
Di pusara ini, Rizky tidur dengan indah. Tak bisa kuhentikan air mataku walaupun satu detik. Semua perasaan hadir di hatiku. Aku tak tahu harus bagaimana?!!! Berharap ini hanyalah mimpi dan akan ada yang membangunkanku. Ya ALLAH…
Sampai terakhir dia berusaha membahagiakanku dan memberikan kejutan, tapi aku?! Sampai terakhir menyakitinya dan seakan mempermainkannya. Kenapa aku terlalu memikirkan orang lain, tanpa mendengarkan isi hatiku. Dia belum tahu yang sesungguhnya… Maafkan aku dan terima kasih…
Selamat jalan Rizky… Selamat jalan Sayang… Tidur yang tenang dan berharap kau memaafkanku…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar