BALADA BULAN SEPARUH

Di pucuk cakrawala
Tersiar kabar
Sebuah kisah bergendang seloka
Tentang rembulan menyulam pinta

Senggukan rembulan setengah murung
walau ia berada dalam sudut membusung
oleh relung para penyamun yang siap mencuri kuntum ranum

Cercah rona tlah lepas separuh
gerhana sebetik lalu menghisap binar auranya
hanya menjadi setengah sisa raga
itu pun jika masih mampu berpendar dijagad raya

Rembulan itu tak utuh
pucat sudah
dalam pias ia menghempas pada kilau gumintang
ia merebah dipundak bintang sebentar

Duhai rembulan
Separuhmu tlah mati,
dan kau coba berlari mencarinya dikilap bintang yang terus memagari malam

Nafasmu semakin sesak
karena bintang tak pernah berhenti bersinar
tak mampu kembalikan separuh rona yang tercemar

Di ujung malam menjelang pagi
sengau rintihmu membiru:
"meski putikku telah layu,
aku masih pantas meneguk madu,
kenapa kau beri aku ramuan candu
yang membuatku diam saat kau duakan aku."
Begitu jeritmu meratapi bintang,
dan alam menjadi saksi kelam
hanya diam membisu.

Hujan pun menetesi sisa putihmu,
rindu pancar kasih yang telah tenggelam oleh gerhana petang
kini kian menghujam
meruntuhkan separuh digdaya lalu

Rembulan masih menatap keheningan
masih juga menabur pertanyaan
kenapa selalu bintang berpendar
padahal janji manis mengikat malam telah terselempang dipergelangan
salahkah jika lengannya menggenggam?

Rembulan,
tatapmu mulai liar mencari mangsa di bumi
berharap ada sebuah sinar pemayung yang mengganti
tidak bintang ataupun mentari
sebab bagimu mereka adalah pengumbar janji

Sementara beragam pijar coba mendekati
beribu rupa dan pikat mendatangi
namun kau diam tak bergeming
bagimu cinta terlalu megah untuk berpaling
apalagi jika tuk ditimbang dan dibanding

Bukan jera atau tak percaya
tapi keagungan cinta yang selalu kau puja
karena semua kan sakral dengan jalan istimewa
Itu peneguhmu

Rembulan,
kini dengan sisa rona mati
kau kembali berotasi
mewarnai pekat gelap dg sinar kasih sejati

Rembulan,
jangan kau tatap silam
tentang gerhana usang
jangan pula kau tangisi
tentang bintang yang telah mengkhianati
pacu malammu menuju pagi
kelak sinarmu kan kembali sempurna
menjadi bulan purnama
tunggulah masamu tiba

Rembulan kini membedaki lubang pori nan penuh retak
tak peduli tentang rayu bintang yang masih menggema
tak mengenang tentang gelap yang menelan sisa sempurna

Dalam senyum sipu
ia menunggu wangi purnama
jumawa menatap rasa

Semua adalah kehendak-Nya
begitu gumammu setiap menatap rasi yang tak jemu mencuri hati
pasti kan kembali jika IA menghendaki
dan pasti kan pergi jika IA tak merestui

Rembulan Separuh,
ku tuliskan kisahmu
sebagai bukti kisah ini tak mati
pernah ada baladamu
dan menginspirasi lahirnya karya ini.
[SOS]

Dharmasraya 19 September 2011
Mohon izin share halaman, terima kasih.


Karya: Sketsa Oase Senja

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |