Julie Andrews’s Note (Episode 2)

“Apa kabarmu, Nyonya Jensen?” tanya Julie kepada Alicia.

“Nona,” jawab Alicia dengan tegas. “Kalian tahu kalau aku belum menikah dengan lelaki itu.”

“Baiklah. Maafkan kami, Nona Jensen.”

Julie mengalah dan menyingkirkan egonya sejenak untuk menghadapi Alicia Jensen.

Alicia Jensen adalah seorang aktris muda berbakat yang tengah naik daun di Hollywood. Namanya berkibar melalui beberapa film berkarakter drama. Aktingnya pada kisah – kisah romansa cukup membuat penonton ikut meneteskan air mata ketika melihat raut wajah sedihnya. Namun dibalik ketenaran itu, Alicia adalah seorang wanita yang senang menggoda lawan mainnya, termasuk beberapa orang yang bekerja dibalik layar. Sudah banyak aktor yang berkencan dengannya dan hubungan itu selalu berakhir dalam hitungan minggu. Dan terakhir, Alicia menjalin hubungan dengan seorang produser film yang bernama Owen Goldberg.

Hubungan Alicia dan Owen adalah yang paling lama. Mereka sudah menjalin kasih selama satu tahun lebih dan sudah merencanakan sebuah pernikahan. Bahkan mereka sudah mempublikasikan hal itu kepada juru warta dan para penggemar Alicia. Pernikahan itu hanya tinggal tiga minggu dari sekarang.

Namun pernikahan itu harus dibatalkan. Karena calon mempelai pria, yaitu Owen Goldberg, ditemukan tewas dua hari yang lalu di rumahnya dengan luka tembak langsung mengenai kepalanya. Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian itu. Tapi polisi sudah menetapkan Alicia sebagai tersangka, karena pada senjata api yang ditemukan di tempat kejadian perkara, terdapat sidik jari milik Alicia.

Kasus ini pun menyita perhatian publik. Yang menarik adalah perbedaan usia antara Alicia dan Owen. Saat ini Alicia berumur dua puluh enam tahun, sedangkan Owen berumur llima puluh empat tahun. Dan putri Owen sendiri, dari pernikahan sebelumnya, hanya dua tahun lebih muda dari Alicia.

Banyak spekulasi yang muncul di sini. Kebanyakan penggemar Alicia berpendapat bahwa Tiffany Goldberg, putri Owen, yang bersalah. Karena mungkin saja Tiffany tidak menyetujui ayahnya menikah dengan wanita yang lebih pantas menjadi teman bermainnya. Tapi di samping itu, ada fakta yang patut mendapat perhatian, yaitu sidik jari yang tertempel pada senjata api.

Semuanya masih kabur sekarang. Bahkan Julie pun tak tahu harus berpikir bagaimana. Ia tahu Alicia mengontak firma tempatnya bekerja karena mengacu pada kasus serupa beberapa tahun yang lalu. Memang bukan seorang selebriti yang mendapat kasus serupa waktu itu. Tapi Alicia berani membayar mahal untuk pembebasan dirinya.

“Baiklah, Nona Jensen. Bisa kau ceritakan semuanya dari awal?” tanya William.

“Aku tidak bersalah.” Jawaban Alicia singkat dan memberi penekanan pada kata ‘tidak’.

Julie dan William menunggu Alicia untuk mengeluarkan jawaban lebih banyak lagi. Tapi Alicia hanya terdiam dan hanya memainkan jari – jarinya yang lentik saja.

“Nona Jensen. Kami ingin sekali percaya dengan perkataan Anda,” ujar Julie. “Tapi berilah kami penjelasan lebih banyak lagi sehingga kami bisa membuktikan hal itu di pengadilan nanti.”

Alicia membetulkan sikap duduknya. Ia terlihat lebih serius sekarang. Sebelumnya ia seolah tidak menganggap kehadiran Julie dan William.

“Aku tidak tahu siapa yang menembak Owen. Saat aku tiba di rumah, Owen sudah tergeletak di lantai dan dari kepalanya keluar banyak darah. Lalu aku melihat lubang kecil itu di pelipis kiri Owen.”

“Jam berapa itu tepatnya?” tanya Julie.

“Sekitar pukul sembilan malam.”

“Di mana posisi pistol itu?” tanya William.

“Tak jauh dari tubuh Owen. Mungkin sekitar satu meter dan tak jauh juga dari pintu dapur. Aku tak tahu mengapa pelaku bodoh itu meninggalkan senjatanya di situ. Tapi belakangan aku baru sadar ternyata akulah yang terlalu bodoh. Aku memegang senjata itu tanpa memikirkan bahwa sidik jariku akan tertinggal pada benda sialan itu.”

“Jadi kau beralibi kau tidak sengaja memegang senjata itu?” tanya William lagi.

Air muka Alicia langsung berubah lagi.

“Itu bukan sekedar alibi, Tuan Sok Tahu,” jawab Alicia dengan kasar. “Baru saja aku bilang bahwa aku sudah bertindak bodoh dengan memegang senjata itu. Bodohnya aku karena baru pertama kalinya dalam hidupku, aku melihat dan memegang senjata sungguhan di tanganku. Bahkan aku sampai lupa kalau tubuh Owen masih tergeletak di lantai. Sampai aku mendengar suara mencurigakan dari arah dapur. Pintu belakang terbuka lalu tertutup lagi. Tdak mungkin ada yang masuk ke dapur. Jadi pasti ada seseorang yang keluar lewat pintu itu. Aku berjalan ke dapur untuk mencari tahu siapa yang ada di sana. Sampai aku keluar ke kebun belakang, aku tidak melihat seorangpun di sana. Tapi aku yakin, orang itu adalah pembunuh Owen.”

“Apa Anda sudah menyampaikan hal itu kepada polisi, Nona Jensen?” tanya Julie.

“Tidak. Baru pada kalian aku mengatakannya. Aku bilang pada polisi – polisi itu kalau aku hanya mau bicara dengan pengacaraku saja.”

“Baiklah, Nona Jensen. Cukup sekian untuk hari ini. Selanjutnya, kami akan melihat lokasi pembunuhan itu,” ujar Julie. Ia berhenti sejenak untuk menarik napas panjang. “Saranku, Nona Jensen. Bicaralah apa adanya kepada polisi jika nanti mereka menanyai Anda. Berikan fakta itu walaupun mereka terlihat seperti tak mempercayai Anda. Biarlah nanti mereka yang menyusun kepingan puzzle itu untuk Anda. Kami berduapun akan berusaha maksimal untuk mengeluarkan Anda dari kasus ini.”

“Oke. Akan kulakukan,” jawab Alicia.

Karya: Sekar Mayang

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |