AKU DAN IBUKU (kisah uang Rp 2000 & cincin imitasi)

Jujur dulu aku adalah anak yg durhaka.
Dulunya kami adalah sebuah keluarga yg harmonis, tapi semuanya berubah menjadi Broken Home & berantakan. Ibuku sakit, sementara Ayahku pergi meninggalkan kami. Neneku juga pindah tinggal kerumah bibiku. Ketiga kakaku pun pergi kedaerah lain utk mangadu nasip. Tinggalah aku berdua bersama ibuku.
Suatu pagi ketika hendak kesekolah aku marah2 ke Ibuku karena ibuku tak bisa memberikan aku uang buat jajan. Ibuku membungkuskan aku sebuah nasi buat bekal. Aku malah melemparkannya kemudian menghardiknya “aku ini anak SMA, butuh uang buat jajan bukan bekal nasi, malu & gengsi aku Bu kalo bawa nasi ke Sekolah!!“ Ibuku hanya diam dgn kesedihan yg amat dalam. Sementara aku tak peduli, kemudian dgn muka muak aku keluar rumah berangkat kesekolah naik motor temanku.
Disekolah sekitar jam 9pagi seorang perempuan tua berjalan tertatih menuju kelasku, perempuan itu adalah ibuku. Guru yg mengajar dikelasku langsung menghampiri ibuku didepan pintu & bertanya “cari siapa ya?
“Mau cari anaku, mau ngasih uang buat jajan, tadi ibu lupa memberinya uang jajan“ kata ibuku.. Lalu aku langsung keluar kelas & menghampiri Ibuku, ibuku memberi aku uang jajan 2000perak. Lalu ibu pulang jalan kaki & tertatih dgn tubuh sakit menempuh jarak yg sangat jauh. Aku hanya bisa menatapnya dgn perasaan yg tak menentu.
Setelah aku selidiki ternyata uang jajan yg diberikan ibuku berasal dari hasil jual beras yg tersisa.. (Itu lah pertama kali aku meneteskan air mata)

Singkat cerita aku menamatkan SMA ku. Aku berangkat ke Bandung melanjutkan pendidikan & pekerjaan. Tak mungkin aku meninggalkan Ibuku sendirian dirumah. Kemudian aku menitipkannya dirumah bibiku. Masih terlintas jelas dibenaku detik2 sebelum aku berangkat. Ibu memeluku, menangis sambil berkata terisak 'sebenernya ibu tak mau berpisah dgn mu, tapi ini semua sudah keputusanmu, pergilah.. Slmt jln anaku, ketika lebaran tlah tiba pulanglah, ibu pasti merindukanmu.. Pesan ibuku diiringi derai air mata. Kemudian aku memasukan cincin imitasi yg dibikin dari uang recehan limaratus yg berwarna kuning kejari manis ibuku. Cincin imitasi itu tlah lama aku persiapkan. Soalnya aku kasihan melihat ibuku. Sebagai seorang wanita tak satupun perhiasan yg melekat ditubuhnya. Kemudian aku berbisik `ini hanya cincin imitasi Bu.. Sepulang dari Bandung aku akan membelikan ibu cincin emas` kemudian aku melangkah pergi..

Aku pun telah tiba di Bandung. Tinggal menumpang dirumah saudaraku. 1thn kemudian lebaran pun datang tapi aku tak pulang kampung. Lebaran kedua aku juga masih dibandung..
Pada suatu ketika aku sangat merindukan ibuku & berniat pulang kampung, tapi semua saudara2ku melarangku dgn alasan tanggung, nanti aja lebaran. 1minggu kemudian semua saudara2 & sanak familiku berkumpul menunggu kehadiranku. Setelah aku hadir Om ku berkata `malam ini juga kamu berangkat ke jakarta kemudian paginya dari Bandara kamu langsung terbang kekampung`
”Apa yg terjadi?? Tanyaku heran..
Kemudian Om ku menjawab dgn tenang ”ibumu sakitnya tambah parah, dia sangat merindukanmu”
Dgn perasaan campur aduk malam itu juga aku langsung berangkat kejakarta, pagi2 dibandara aku langsung terbang kekampung halamanku..
Pesawatpun mendarat disebuah bandara di Padang. Dari Padang aku naik taksi ke kampungku Payakumbuh.
Akhirnya aku sampai juga dikampungku. Ternyata dikampungku org2 sangat ramai sekali, sebuah bendera kuning juga terpasang dipinggir jalan. Seketika kakiku gemetar saat mau keluar dari taksi. Aku langsung masuk kerumah, aku langsung pingsan begitu melihat Ibuku telah terbujur kaku dipanggil Allah SWT.
Setelah aku siuman, bibiku langsung memeluku kemudian dia berkata “Ibumu telah meninggal kemaren sore, kami sengaja belum memakamkannya karena pesan ibumu sebelum meninggal, jgn makamkan dia dulu sebelum kamu melihat jenazahnya utk terakhir kalinya“
“Dgn tetesan air mata kemudian aku berkata “lalu kenapa Om yg dibandung mengatakan kalo Ibu hanya sakit bukan meninggal?
Lalu bibiku menjawabnya “tak mungkin Om mu akan mengatakan yg sejujurnya, Om mu takut kamu makin sedih“
Tak lama berselang neneku datang memberikan sebuah cincin kepadaku “sebelum ibumu meninggal dia menitipkan cincin ini untukmu, kata dia ini dulu cincin pemberianmu, dia berpesan berikanlah cincin ini suatu saat nanti kepada wanita yg bener2 kamu sayang..“ Kata neneku dgn suara lirih..

*maaf kalo ceritanya terlalu panjang, tapi ini pengalaman hidupku, fakta bukan mengada2 & bukan kisah sinetron, semoga bisa diambil pesan moralnya*
*satu2nya yg bisa membuatku meneteskan air mata adalah ketika aku merindukan Ibuku*

" SELAMAT HARI IBU "


~Hario Zones~

6 Comentários:

Unknown mengatakan...

yang saya garis bawain kata-kata 'tak ada satu pun cincin emas yang melingkar di jari manisnya'
aku jadi teringat ibu ku yang ga mampu membeli atau memakai emas.

sukawati mengatakan...

terharu

Adinda mengatakan...

meneteskan air mata teringat akan ibuku dikampung, semoga sehat2 aja, Aamiin....

Unknown mengatakan...

turut berduka cita ya sobat.

Unknown mengatakan...

:'(

Unknown mengatakan...

:'(

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |