Jujur dulu aku adalah anak yg durhaka.
Dulunya kami adalah sebuah keluarga yg harmonis, tapi semuanya berubah
menjadi Broken Home & berantakan. Ibuku sakit, sementara Ayahku
pergi meninggalkan kami. Neneku juga pindah tinggal kerumah bibiku.
Ketiga kakaku pun pergi kedaerah lain utk mangadu nasip. Tinggalah aku berdua bersama ibuku.
Suatu pagi ketika hendak kesekolah aku marah2 ke Ibuku karena ibuku tak
bisa memberikan aku uang buat jajan. Ibuku membungkuskan aku sebuah
nasi buat bekal. Aku malah melemparkannya kemudian menghardiknya “aku
ini anak SMA, butuh uang buat jajan bukan bekal nasi, malu & gengsi
aku Bu kalo bawa nasi ke Sekolah!!“ Ibuku hanya diam dgn kesedihan yg
amat dalam. Sementara aku tak peduli, kemudian dgn muka muak aku keluar
rumah berangkat kesekolah naik motor temanku.
Disekolah sekitar jam
9pagi seorang perempuan tua berjalan tertatih menuju kelasku, perempuan
itu adalah ibuku. Guru yg mengajar dikelasku langsung menghampiri ibuku
didepan pintu & bertanya “cari siapa ya?
“Mau cari anaku, mau
ngasih uang buat jajan, tadi ibu lupa memberinya uang jajan“ kata
ibuku.. Lalu aku langsung keluar kelas & menghampiri Ibuku, ibuku
memberi aku uang jajan 2000perak. Lalu ibu pulang jalan kaki &
tertatih dgn tubuh sakit menempuh jarak yg sangat jauh. Aku hanya bisa
menatapnya dgn perasaan yg tak menentu.
Setelah aku selidiki
ternyata uang jajan yg diberikan ibuku berasal dari hasil jual beras yg
tersisa.. (Itu lah pertama kali aku meneteskan air mata)
Singkat cerita aku menamatkan SMA ku. Aku berangkat ke Bandung
melanjutkan pendidikan & pekerjaan. Tak mungkin aku meninggalkan
Ibuku sendirian dirumah. Kemudian aku menitipkannya dirumah bibiku.
Masih terlintas jelas dibenaku detik2 sebelum aku berangkat. Ibu
memeluku, menangis sambil berkata terisak 'sebenernya ibu tak mau
berpisah dgn mu, tapi ini semua sudah keputusanmu, pergilah.. Slmt jln
anaku, ketika lebaran tlah tiba pulanglah, ibu pasti merindukanmu..
Pesan ibuku diiringi derai air mata. Kemudian aku memasukan cincin
imitasi yg dibikin dari uang recehan limaratus yg berwarna kuning kejari
manis ibuku. Cincin imitasi itu tlah lama aku persiapkan. Soalnya aku
kasihan melihat ibuku. Sebagai seorang wanita tak satupun perhiasan yg
melekat ditubuhnya. Kemudian aku berbisik `ini hanya cincin imitasi Bu..
Sepulang dari Bandung aku akan membelikan ibu cincin emas` kemudian aku
melangkah pergi..
Aku pun telah tiba di Bandung. Tinggal
menumpang dirumah saudaraku. 1thn kemudian lebaran pun datang tapi aku
tak pulang kampung. Lebaran kedua aku juga masih dibandung..
Pada
suatu ketika aku sangat merindukan ibuku & berniat pulang kampung,
tapi semua saudara2ku melarangku dgn alasan tanggung, nanti aja lebaran.
1minggu kemudian semua saudara2 & sanak familiku berkumpul menunggu
kehadiranku. Setelah aku hadir Om ku berkata `malam ini juga kamu
berangkat ke jakarta kemudian paginya dari Bandara kamu langsung terbang
kekampung`
”Apa yg terjadi?? Tanyaku heran..
Kemudian Om ku menjawab dgn tenang ”ibumu sakitnya tambah parah, dia sangat merindukanmu”
Dgn perasaan campur aduk malam itu juga aku langsung berangkat
kejakarta, pagi2 dibandara aku langsung terbang kekampung halamanku..
Pesawatpun mendarat disebuah bandara di Padang. Dari Padang aku naik taksi ke kampungku Payakumbuh.
Akhirnya aku sampai juga dikampungku. Ternyata dikampungku org2 sangat
ramai sekali, sebuah bendera kuning juga terpasang dipinggir jalan.
Seketika kakiku gemetar saat mau keluar dari taksi. Aku langsung masuk
kerumah, aku langsung pingsan begitu melihat Ibuku telah terbujur kaku
dipanggil Allah SWT.
Setelah aku siuman, bibiku langsung memeluku
kemudian dia berkata “Ibumu telah meninggal kemaren sore, kami sengaja
belum memakamkannya karena pesan ibumu sebelum meninggal, jgn makamkan
dia dulu sebelum kamu melihat jenazahnya utk terakhir kalinya“
“Dgn tetesan air mata kemudian aku berkata “lalu kenapa Om yg dibandung mengatakan kalo Ibu hanya sakit bukan meninggal?
Lalu bibiku menjawabnya “tak mungkin Om mu akan mengatakan yg sejujurnya, Om mu takut kamu makin sedih“
Tak lama berselang neneku datang memberikan sebuah cincin kepadaku
“sebelum ibumu meninggal dia menitipkan cincin ini untukmu, kata dia ini
dulu cincin pemberianmu, dia berpesan berikanlah cincin ini suatu saat
nanti kepada wanita yg bener2 kamu sayang..“ Kata neneku dgn suara
lirih..
*maaf kalo ceritanya terlalu panjang, tapi ini
pengalaman hidupku, fakta bukan mengada2 & bukan kisah sinetron,
semoga bisa diambil pesan moralnya*
*satu2nya yg bisa membuatku meneteskan air mata adalah ketika aku merindukan Ibuku*
" SELAMAT HARI IBU "
~Hario Zones~
AKU DAN IBUKU (kisah uang Rp 2000 & cincin imitasi)

Label:
CERPEN
Artigos Relacionados:
- Julie Andrews’s Note (Episode 3)
- [Ramen] Mbak, Kita Menyayangi Pria yang Sama
- Julie Andrews’s Note (episode 1)
- Julie Andrews’s Note (Episode 2)
- Dia Sahabatku… dan Aku Sayang Padanya…
- Cerita Nisa: Aku Bukan Siti Nurbaya!!!
- Mencari Sahabat Dunia Akhirat
- Semua itu biasa, tidaklah sempurna, tapi apa aku bisa seperti mereka?
- AKU DAN IBUKU (kisah uang Rp 2000 & cincin imitasi)
- Julie Andrews’s Note (Episode 8)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
yang saya garis bawain kata-kata 'tak ada satu pun cincin emas yang melingkar di jari manisnya'
aku jadi teringat ibu ku yang ga mampu membeli atau memakai emas.
terharu
meneteskan air mata teringat akan ibuku dikampung, semoga sehat2 aja, Aamiin....
turut berduka cita ya sobat.
:'(
:'(
Posting Komentar