Ketika barisan awan di semenanjung Utara bergerak pelan, matahari mungkin sudah merias dirinya di ufuk Barat. Tapi, keduanya tak berharap akan menghangatkan pagimu dengan senyuman, tidak, mereka hanya bertasbih dan sujudkan kuasanya pada Cinta.
Mungkin kau berpikir, malam terlalu pekat dan disana terbaring jasad-jasad lemah yang membusuk karena patah asa. Kesombonganmu hanyalah gula darah. Tak lebih dari itu meski sedikit pun. Masih terlalu gelap untukmu bermuram, bahkan kau pun tak tahu apa esok masih ada.
Bangunlah, kau masih punya hak untuk berharap. Bukan karena tak dikabulkan doamu yang lalu maka kau merasa ditepikan Cinta, tapi bangun dan berharaplah karena kau terlahir untuk bahagia. Pagi tidak pernah memaksakan dirinya untuk cerah, ia hanya menyiapkan sebaik mungkin hamparan harap untuk anak-anak Adam berkelana. Sepertimu, berjalanlah. Awan dan matahari akan menemanimu hingga di cakrawala senja. Kau tak sendiri, bukan?
Sekarang mungkin kau hanya sebatang kayu kering. Rapuh dan mudah patah. Tapi darinya akan kau bakar dunia dengan asa yang lebih hebat. Bangun dan berlarilah, pagi tak kan menunggumu. Jemput harapan yang kau sisipkan di sayap rembulan. Bangunlah sebelum harapan itu terlalu sesak dan tak ada tempat untukmu mengeluh.
Pagi tak kan menunggumu.
-Untuk mereka yang merasa lelah berjuang.
KARYA:
HARIES BUDJANA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar