PEREMPUANKU

Jauh sebelum hari ini, aku mengenal diriku sebatas penikmat penat. Menelantarkan harapan, membiarkannya menggelandang dari malam ke malam, lewati siang lalu terpuruk lagi di tepian petang. Aku hanya sebatas itu, perempuan.

Lalu aku mengenalmu, meski sebatas kata dan tanpa tutur suara. Aku mengenalmu dari sebuah ketakjuban seorang lelaki, dari mata yang menatap, dari laku yang tergerak. Aku mengenalmu dari apa yang tak terbahasakan. Aku memanggilmu, engkau.

Dan lalu matahari tak sabar terbenam, aku jatuh makin jauh ke kegelapan malam. Sedangkan engkau, perempuan, aku tak menemukanmu dalam tatap mataku. Tidak, selain gelap. Aku kehilangan arah, aku kehilangan tujuan. Kau entah, dimana.

Jauh dari seberang, sebuah sapaan hinggap di bahu hatiku. Darimu, yang kau bilang ada di negeri para Gajah bermain doa, kau yang menikmati senjamu di sudut kota yang memerah darah, dan kau yang lalu dengan lirih menceritakan tentang ketakjubanmu pada makhluk cerdas yang kusebut lumba-lumba. Kau, memberiku harapan baru akan arti hidup.

Musim berganti, daun kehidupan perlahan berjatuhan seiring hujan yang kian terus menghantam bumi ini. Aku meyakini bahwa kelak kau kembali, bukan dalam arti lahir, tapi arti rindu yang hadir dalam hatiku. Kau selalu mengajarkanku arti hidup, arti perjuangan dan ketabahan. Tidak, sungguh tidak pernah berkurang sedikit pun ketakjubanku padamu setelah sekian lama kau hilang.

Hari ini, aku bergetar begitu hebat hingga tak mampu temukan kata untuk memujimu. Kau, tepati janjimu hari itu. Mengecup rinduku dengan doa, melebur penatku dengan senyum, dan kau tak sedikit pun mengeluh tentang aku yang mulai rapuh. Dan inilah aku yang terlahir kembali, selayak rumput dan ilalang di ladang hati.

Karenamu, perempuan yang kusebut, engkau.

Takjubku padamu....

~HARIES BUDJANA~


Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |