sepi
sepi
dan sendiri
seperti mati suri
di sini
…
hingar bingar sudah lelap bersama mimpi
hanya sunyi yang setia menemani
Lalu, kemanakah harus pergi?
…
…
menepi
merenung bersama diri
menengok kembali
rasa yang telah mati
______________
Beberapa bulan yang lalu hari-hariku diwarnai oleh sendu, pilu begitu bersahabat denganku. Terkadang tangisku pecah, batin kian ringkih membendung gundah. Sambil mengharap secercah cerah, setiap pagi kuhirup udara yang basah. Dengan mata memerah dan hati yang rapuh aku tertatih melangkah, menjalani hari-hari yang penuh gelisah.
“ Kutunggu kau dalam rinduku walau kadang aku meragu.
Aku tak ingin lekas membiru hanya karna sembilu yang tak henti mengiris hatiku.
Aku menunggu karna mungkin kaupun merindu, sama sepertiku. ”
Itu gambaran kehidupanku beberapa bulan yang lalu, saat aku masih berusaha meyakinkan diri untuk menunggu. Menunggu– mu.
______________
Kini semua telah berlalu, jiwaku bosan dengan semu dan diriku muak dengan hari kelabu. Hidupku membaru seiring berjalannya waktu. Aku tak lagi menunggu-mu. Aku melepasmu. Melepasmu bersama segala kisah kita di masa lalu.
______________
Sepi . .
masih sepi dan sendiri
aku tak benci suasana ini
aku memang butuh sendiri
aku ingin berbincang dengan hati.
“ Hey, masih adakah sedih ? Sudahkah sembuh ?
Sabarlah, aku yakin kau pasti akan sembuh.
Saat mengenang memang pedih, tapi ingatlah untuk tak lagi merintih.
Aku tak ingin kau jadi letih, aku tak ingin kau terbunuh oleh perih. ”
______________
Aku tak pernah kehilangan nyawa.
Walau belum sempurna semua rasa membalut asa yang pernah terluka oleh dusta,
namun takkan kubiarkan duka kembali merasuk relung sukma dan merobek resonansi jiwa.
Tak ingin lagi aku merana karna pesona cinta yang hampa.
Aku ada bukan untuk dipuja, tapi aku ada untuk diterima, diterima apa adanya.
Akan kucari suka di setiap jumpa, hingga raga mampu kembali mencinta.
Tentunya tak pernah kulupa menghamba restu pada Sang Maha.
Menghamba restu lewat untaian kata yang kuucap sebagai doa.
______________
Maha, aku memang hanya manusia biasa yang hina dan penuh noda dosa.
Namun, ijinkanlah aku mengecap makna bahagia sebelum aku tutup usia.
______________
masih sepi
masih sendiri.
~ haries budjana ~
01 SEPTEMBER 2010

Label:
Haries Budjana,
kisahku,
prosa,
RENUNGANKU
Artigos Relacionados:
- DALAM PERJALANAN WAKTU
- KISAH PILU
- SAAT SEJENAK MENOREH KE BELAKANG
- AKHIR PERJALANANKU
- WAKTU
- SEGENAP ASAKU
- 01 SEPTEMBER 2010
- KISAHKU khlil gibran
- HANYA DENGANMU AKU BAHAGIA
- ANTARA JALAN DAN TUJUAN
- BUKAN HANYA SATU PURNAMA
- WAKTU TERUS BERJALAN
- AKU SAYANG KAMU
- PENGEMBARAMU
- AKU DALAM RAGUKU
- JIKA DIRIMU BUKAN TAKDIRKU
- NIKMAT DARI-NYA
- IKRAR
- HUBUNGAN KAKAK-ADIK
- CAHAYA CINTA MULIA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar