01 SEPTEMBER 2010

sepi

sepi

dan sendiri

seperti mati suri

di sini



hingar bingar sudah lelap bersama mimpi

hanya sunyi yang setia menemani

Lalu, kemanakah harus pergi?





menepi

merenung bersama diri

menengok kembali

rasa yang telah mati

______________

Beberapa bulan yang lalu hari-hariku diwarnai oleh sendu, pilu begitu bersahabat denganku. Terkadang tangisku pecah, batin kian ringkih membendung gundah. Sambil mengharap secercah cerah, setiap pagi kuhirup udara yang basah. Dengan mata memerah dan hati yang rapuh aku tertatih melangkah, menjalani hari-hari yang penuh gelisah.

“ Kutunggu kau dalam rinduku walau kadang aku meragu.

Aku tak ingin lekas membiru hanya karna sembilu yang tak henti mengiris hatiku.

Aku menunggu karna mungkin kaupun merindu, sama sepertiku. ”

Itu gambaran kehidupanku beberapa bulan yang lalu, saat aku masih berusaha meyakinkan diri untuk menunggu. Menunggu– mu.

______________

Kini semua telah berlalu, jiwaku bosan dengan semu dan diriku muak dengan hari kelabu. Hidupku membaru seiring berjalannya waktu. Aku tak lagi menunggu-mu. Aku melepasmu. Melepasmu bersama segala kisah kita di masa lalu.

______________

Sepi . .

masih sepi dan sendiri

aku tak benci suasana ini

aku memang butuh sendiri

aku ingin berbincang dengan hati.

“ Hey, masih adakah sedih ? Sudahkah sembuh ?

Sabarlah, aku yakin kau pasti akan sembuh.

Saat mengenang memang pedih, tapi ingatlah untuk tak lagi merintih.

Aku tak ingin kau jadi letih, aku tak ingin kau terbunuh oleh perih. ”

______________

Aku tak pernah kehilangan nyawa.

Walau belum sempurna semua rasa membalut asa yang pernah terluka oleh dusta,

namun takkan kubiarkan duka kembali merasuk relung sukma dan merobek resonansi jiwa.

Tak ingin lagi aku merana karna pesona cinta yang hampa.

Aku ada bukan untuk dipuja, tapi aku ada untuk diterima, diterima apa adanya.

Akan kucari suka di setiap jumpa, hingga raga mampu kembali mencinta.

Tentunya tak pernah kulupa menghamba restu pada Sang Maha.

Menghamba restu lewat untaian kata yang kuucap sebagai doa.

______________

Maha, aku memang hanya manusia biasa yang hina dan penuh noda dosa.

Namun, ijinkanlah aku mengecap makna bahagia sebelum aku tutup usia.

______________

masih sepi

masih sendiri.

~ haries budjana ~

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |