DEKADE

Jo estava malalt a l’hospital

# day 1

putih…

# day 2

panas mengganas

# day 3

perih tak terperi

# day 4

menghitung hari

# day 5

masih putih…

# day 6

semua menangis

# day 7

ramai tapi sunyi

# day 8

bosan dengan putih

ingin pulang ke rumah…

# day 9

tengadah di ruang tengah

# day 10

Tuhanpun ikut menangis

# day 11

dingin… dingin sekali..

# day 12

tak ada titik terang

erang dalam radang

# day 13

Apolion jangan datang dulu

Rafael tolong aku !!

# day 14

Tuan, masihkah di situ

menungguku ?

# day 15

papa, mama

aku akan berusaha

# day 16

pulang.


pa, ma.. enam belas hari sudah, sesuai dengan tanggal lahirku..

semua sudah berlalu.. walaupun tak sesuai harapmu..

pa, ma.. jangan bersedih.. aku masih di sini..

jangan menghitung waktu, aku tak mau diburu..

pa, ma.. pasrahlah.. akupun berserah…

aku sayang . . . bawa aku. . . pulang.





__________________



16 September 2010



“Selamat ulang tahun, sayang. Gadis kecil papa kini sudah tumbuh dewasa. Papa selalu berdoa untuk kebahagiaanmu, sayang.”

“Selamat ulang tahun, manis.. Mama selalu bersyukur padaNya yang menganugerahi mama seorang putri semanis kamu..”


Kalimat itu mengalir dari bibir kedua orang tuaku yang amat kucintai, yang melahirkanku dan merawatku selama ini.


“Terima kasih pa, ma..” isakku lirih menahan perih yang menerjang sekujur tubuh ringkih ini.


Tak ayal pikirku menerawang, menembus dinding-dinding putih sarat makna di sekitar kamarku.
Papa dan mama adalah anugerah terindah-Nya dalam hidupku.
Arghh, ingin rasanya aku memeluk mereka sekarang juga.


Asaku melayang, terbang melintasi angkasa, memutar kembali memori akan semua yang terkenang.
Sejak kepulanganku sepuluh tahun yang lalu, papa dan mama setia menemaniku. Mereka seperti tak kenal lelah walau aku tahu sesungguhnya tubuh mereka direngkuh peluh, dan hati mereka bersimbah darah memandangiku yang hanya terbaring lemah di atas tempat tidur kecilku ini.


Papa dan mama menghadiahkanku dua puluh tangkai bunga mawar putih, sesuai usiaku yang hari ini genap dua puluh tahun. Sudah sepuluh tahun, tapi papa dan mama tak pernah lupa warna kesukaanku, putih. Sepuluh tahun yang lalu saat usiaku genap sepuluh tahun, kamar ini, kamar dengan dinding putih ini menjadi hadiah ulang tahunku yang termanis sejak tangis pertamaku bergema di ruang kelahiranku.


Pa, ma.. Jari-jari mungil di tubuh ringkih ini ingin sekali meraihmu, namun aku sungguh tak berdaya.
Tapi, pa, ma.. Walau harus menderita berpuluh tahun lagi demi menanti, aku akan tetap setia, setia menanti.


__________________

“Sekarang kamu sudah lega bukan? Sekarang ikut Aku, Aku akan membawamu ke tempat yang indah yang penuh dengan suka cita dan kebahagiaan. Ikhlaskan hatimu untuk menerima, bahwa ragamu sudah tak lagi bernyawa. Ikutlah denganKu sekarang juga putri kecil, sudah sepuluh puluh tahun, sudah saatnya kamu meninggalkan semua ini.”

__________________

Setelah sepuluh tahun, akhirnya hatikupun mengalah, aku mulai menerima kenyataan bahwa tanggal 16 bulan September tahun 2000 aku dinyatakan telah tiada karna paru-paruku yang basah tak lagi mampu menghirup oksigen di udara, alat-alat bantu pernafasan tak lagi berfungsi pada tubuhku saat jantungku menghentikan detaknya, tepat di hari ulang tahunku yang ke sepuluh, sepuluh tahun yang lalu.

Hanya satu dekade usia yang Ia berikan padaku untuk bernafas di dunia. Jangankan kuliah, sekolah menengah saja belum sempat aku merasakannya.. Cita-cita? Hanya wacana yang kudengungkan sewaktu aku duduk di bangku Taman Kanak-kanak.. Tapi..

Arghh, ya sudahlah. Aku rela, walau berat rasanya, karna aku belum sempat membalas budi orang tuaku. Tapi aku tak punya pilihan lain. Aku rela.

Sepuluh tahun terpisah ruang dan waktu. Dimensi dan frekuensi yang berbeda membuat aku menderita menahan rindu. Pa, ma.. Suatu hari nanti, kita pasti bersama lagi, di sini, di tempat yang indah, di samping Allah.


Hujan yang turun di muka bumi mengalir selaras dengan hujan di pelupuk mataku, membanjiri tanah yang kini tak mampu lagi kupijak. Tubuhku perlahan melayang, menjauh, pergi bersamaNya, ke tempat yang Ia janjikan keindahannya.



Selamat tinggal seisi dunia, kunanti kalian semua di s u r g a.



***

DEKADE : sebuah catatan tentang gadis kecil yang mengidap paru-paru basah sejak lahir, di ulang tahunnya yang ke sepuluh ia menghembuskan nafas terakhirnya, dalam pelukan bundanya. Enam belas hari ia berjuang untuk bertahan hidup di rumah sakit, ia memiliki segudang cita-cita untuk membahagiakan kedua orang tuanya, namun apa daya, ternyata takdir berbicara lain. Ia harus pergi meninggalkan dunia untuk selamanya, sebelum menutup matanya ia sempat membisikkan doa “Ya Tuhan andai aku mampu, aku ingin hidup lebih lama lagi untuk berbuat lebih banyak hal.. Beri aku kesempatan sekali saja membuat papa dan mama tersenyum bangga dan bahagia. Kabulkan doaku ya Tuhan, walau harus melalui ‘aku’ yang lain.”

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |