telisikku pagi hantar jedah kisah
pada butir-butir sisa embun pagi
kala sepasang merpati masih bercengkrama
di atas pohon-pohon cemara di atas bukit
menggurat waktu dalam tempurung tempaan masa
menyemat kisi-kisi waktu tanpa kealpaan
dan lelaki kurus itu
menatap dalam selaksa nanar pada empat netranya
tentang sisa butiran embun pagi
tentang sepasang merpati
tentang dedaunan yang bernyanyi
tentang riak air sungai
tengadahnya pada sang waktu
menunjuk dengan jari-jarinya yang bergetar
dan bertanya pada semesta yang tak berujung
“siapa aku ...?”
“tak adakah jedah yang kau berikan padaku ...?”
"pada hatiku yang menekuk di sudut kamar pengap ...?”
"pada rinai-rinai jingga di tapal batas ...?"
"atau pada semburat emas di atas bukit ...?"
"yang melantunkan kerinduan pada melati ...?"
"melati yang pun menjedah waktu ...?"
"melati yang melara dalam kisah tanpa aksara ...?"
tak ada jawab
yang ada hanya senyum tanpa makna
terdiam semesta
terdiam tanpa jawab
.
lembah bulusaraung
250911 : 11.18
1919
~Alam Penyair Maya~
Kembali:
Beranda
»
Alam Penyair Maya
»
puisi
»
PUISI ALAM
»
puisi cinta
»
puisi persahabatan
»
PUISI UMUM
»
PADA SEKEPING WAKTU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)












Posting Komentar