APALAGI DIJAWAB

Terakhir
kali sebelum tiba tengah malam, Dia bertanya :

" aku dilahirkan sebagai hamba mu ,
apakah kini aku bisa di terima sebagai hamba mu ? "

Hingga
tiba tengah malam tak juga usai lelah penantian nya yang entah akan jawaban
atau sekedar sapa pinggiran. Tak satupun yang berkenan kecuali angin malam yang
menaburkan debu dari tubuh-tubuh gagahnya hingga bertebaran di bawah kubah
sinar lampu-lampu. Alam pandang mengabut menutup pada luka-luka lama. – melahirkan kulit belia – menutup
pada luka-luka baru – beradu dengan
darah – dan darah pun berlumpur debu :
tubuh telah menjadi kubangan hingga menjelang fajar semakin tak dilihat apalagi di jawab.

Ada
yang telah dia tangkap dan disimpan didalam hatinya. — apakah gerangan?
– dia tidak ingin menjawab “nanti banyak dusta” begitu katanya. Dan
dengan mata terkoyak-koyak.

Wajahnya
yang kian melembut dibiarkan begitu saja dinikmati angin malam yang mengusapkan
embun disetiap sudut kulit mukanya hingga separuh malam nikmat melukiskannya pada
langit diantara bintang gemintang.

Ada
pancaran indah bagai mutiara didalam perut kali yang gelap menampak kan bias
sisa tetes airmatanya yang perlahan berenang pasrah diatas pusaran air hingga
jeram pun menyesatkan serpihan tanya.

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |