MENGAPA AKU TERUS HIDUP

“Berikan aku satu, ya satu saja, alasan
kenapa aku harus terus hidup…..”

Rona wajahnya pucat. Dan
kedua matanya sembab. Kupandang dia dengan hati yang ter-iris-iris.

“Berdoa, berdoa dan bermohonlah kepada
Tuhan” Jawabku pelan.

Dia menghela nafas dan
berkata: “Ah, sudahlah. Saya merasa bahwa
Tuhan itu sudah tuli pada doa-doaku”. Tuhan yang pernah bersabda: "Mintalah, maka akan diberikan
kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang
yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan”
toh tidak memberikan padaku apa yang kupinta.

“Tuhan bahkan tak pernah membukakan
pintu bagi diriku.”

Lalu
dia berdiri dan meninggalkan aku sendirian. Kekecewaan telah menjadi beban
hidupnya. Kekecewaan telah menyatu dengan hidupnya.



Memang,
kadang kita kalah dalam menghadapi hidup ini. Bahkan kalah dengan pahit. Ada
satu cerita yang dituturkan oleh Leo
Tolstoy (pengarang Rusia, 1828-1920) yang berjudul Tuhan Tahu tetapi menunggu. Dituturkan tentang nasib seorang
saudagar yang telah difitnah merampok dan membunuh hingga dia harus dibui untuk
kesalahan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup.

Pada akhir kisah, perampok
yang sesungguhnya akhirnya mengakui perbuatannya tetapi toh tidak lagi berarti
bagi saudagar itu karena akhir usianya telah tiba.



Tidakkah
saat itu, jika kita sendiri yang mengalaminya, akan merasa betapa
mengecewakannya hidup ini?



Mengapa
bila kita mengalami peristiwa yang membuat kita berduka, yang menyakitkan dan
memedihkan kita, tidak mampu kita terima? Dan siapa yang pernah mengatakan bahwa hidup itu mudah?



Sesungguhnya
hidup adalah suatu perjuangan diri. Suatu pertarungan mencari kebenaran. Dan
kebenaran itu hanya dapat kita temukan dalam rasa sakit dan pedih. Dalam
pergolakan jiwa melawan kepentingan diri kita sendiri. Hidup yang berjalan
lancar, enteng dan lunak sesungguhnya bukanlah hidup yang nyata tetapi suatu
impian semu.

“segala sesuatu menjemukan, sehingga tak
terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas
mendengar” adalah esensi kehidupan kita semua. Sebab kita tak pernah akan
merasa puas menerima kenyataan. Dari situlah sumber kemajuan iman kita berasal.
Bukan dari peristiwa yang menyenangkan tetapi dari rasa pedih menghadapi
kesepian, duka dan ketidakberdayaan kita menerima kenyataan yang kita alami.



Ada
satu sajak yang amat indah, ditulis oleh Rabindranath Tagore (penyair India,
1861-1941) dalam bukunya Gitanjali bab ke 79:

Janganlah aku berdoa agar diluputkan
dari bahaya tetapi agar berani untuk menghadapinya.

Janganlah aku bermohon untuk dihindarkan
dari kepedihan tetapi agar mampu menaklukkannya.

Janganlah aku mencari teman senasib
dalam pergumulan hidup ini tetapi agar mampu berjuang dengan daya upayaku
sendiri.

Janganlah aku meminta agar diselamatkan
dari keterasingan tetapi agar dengan sabar melangkah menuju ke kebebasanku.

Janjikanlah padaku agar aku tidak
menjadi seorang pengecut: Tidak hanya sanggup merasakan keagunganMu dalam keberhasilanku
tetapi juga dapat merasakan genggamanMu di dalam kegagalanku.



Suatu
sajak indah yang patut kita renungkan dalam menghadapi kesulitan kita.
“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan
janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Karena hidup
itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian?”



Aku
memandang bayangan punggungnya yang perlahan menjauh. Aku melihat suatu
tantangan hidup dibopongnya, suatu beban yang moga-moga mampu dihadapinya.

——————–





Sometimes the paths we take are long and
hard, but remember: those are always the ones that lead to the most beautiful
views. Challenges come along, inevitably; how you respond to them determines
who you are - deep down inside - and everything you’re going to be. Increase
the chances of reaching your goals by working at them gradually. The very best
you can do is all that is asked of you. Realize that you are capable of working
miracles of your own making. Remember that
it’s up to you to find the key that unlocks the door to a more fulfilling life.
Understand that increased difficulty brings you nearer to the truth of how to
survive it - and get beyond it. Cross your bridges. Meet your challenges. Reach
out for your dreams, and bring them closer and closer to your heart. Get rid of the "if only’s,"
and get on with whatever you need to do to get things right in your life.

————————-

Rumah
tertinggal jauh

Dunia
ada di depan

Ada
banyak jalan dilalui

Melalui
kekelaman…

Menuju
akhir malam

Hingga
semua bintang bersinar

Kabut
dan kekelaman

Awan
dan bayangan

Semua
akan memudar

Semua
akan…

Memudar.

………


Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |