KEINDAHANMU

Hari yang melelahkan, mungkin tak kan selelah ini seandainya kau masih bersamaku. Kaulah yang selalu mengingatkanku tentang hakekat memperjuangkan sesuatu, kau yang selalu mengusap letihku saat kutertunduk dalam penat, kau yang selalu meneduhkanku saat kumerasa begitu rapuh untuk terus berjalan, tentang bagaimana menjalani dan menyikapi hidup yang penuh likuan ini. Semua berlalu, kepergianmu benar-benar membunuh semua harapanku. Entahlah, aku hanya belum mampu untuk merelakan semua impian itu hilang begitu saja. Aku, masih menyayangimu.

Malam belum begitu pekat, jalanan Jakarta masih riuh dengan deru mesin dan sesaknya asap. Satu-persatu kaki ini kulangkahkan susuri trotoar sepanjang jalan Kebon Sirih. Kau tentu masih mengingat jalan ini, mungkin kelak saat kau pun lewat jalan ini kembali, kau akan melihat bayang kenangan kita disini. Setahun sudah semua berlalu, tak ada lagi tegur sapa, tak ada lagi lantun rindu. Mungkin, disana kau sudah menikmati hidup barumu, atau mungkin kau pun sedang mengenangku.

Dia, perempuan yang mengagumkan. Jika kau pernah mencintai seseorang, kupastikan ia lebih dari itu. Mungkin terkesan begitu sempurna, tapi begitulah dia untukku. Jika kau melihat matanya, katakan padaku apa yang kau lihat disana selain keteduhan dan harapan. Jika kau perhatikan langkah kakinya, katakan padaku apa yang kau rasakan selain getaran hebat tentang rasa percaya dirinya. Atau mungkin cukup kau rasakan nuansa nyaman saat berada didekatnya, itu sungguh luar biasa. Ya, perempuan itu sangat mengagumkan!

Akan kukatakan kepadamu pertama kali aku mengenalnya, dua tahun yang lalu. Seorang gadis tampak duduk di sudut ruangan, jari lentiknya sibuk memainkan tombol di handphone. Sesekali matanya yang layu menatap ke depan mimbar dimana seorang volunteer dari sebuah organisasi lingkungan hidup sedang mempresentasikan rencana kerja. Aku duduk tak jauh dari tempatnya duduk, awalnya hanya sekilas pandang, namun lama-kelamaan mata ini tak mampu mengalihkan perhatian dari sosok perempuan yang sangat berbeda itu. Tapi, itu bukan pertama kali aku mengenalnya. Sebulan berselang, aku baru berkenalan dengan perempuan itu di acara launching sebuah novel di bilangan Blok M, Jakarta Selatan. Sejak itu, semua mulai berubah. Hariku penuh warna, penuh gairah untuk terus mengenalnya lebih jauh meski aku sadar ia telah memiliki seorang kekasih yang setia mengantar dan menjemputnya di setiap acara, tapi, aku terlanjur mencintainya.

Hubungan kami menjadi lebih dekat, ia tak lagi sekedar teman berdebat dan berbagi suatu hal. Kami mulai saling melengkapi hingga akhirnya jujur tuk mengakui cinta yang ada di hati kami masing-masing. Semua berjalan penuh harapan, penuh impian dan kesempurnaan. Jika kau pernah jatuh cinta, maka seperti itulah yang kami rasakan, bahkan mungkin lebih dari itu. Tiada hari tanpa ucapan rindu dan sayang, tiada hari tanpa doa-doa tentang kebaikan dan impian. Kami adalah sebuah hal hebat yang Tuhan ciptakan.

Kemudian, petaka itu datang. Semua harus berjalan sesuai ketentuanNya, kami berpisah. Bukan karena kematian, bukan pula karena pertengkaran. Ini tentang dogma yang mengharuskan ia menikah, dengan kekasih yang terlanjur telah meminangnya jauh sebelum aku datang. Hey, jangan bilang kami tidak berjuang, kami sudah melakukannya sedemikian hebat, tapi, lingkaran itu lebih besar dari hal apapun. Kebahagiaan selalu menjadi hal yang ingin kami dapatkan, dan kebahagiaan kami bukanlah hal egois yang harus dipertentangkan.

Setahun kemarin, kami memilih menepi dari pertempuran hati. Aku memulai hidup baru, bekerja di sebuah perusahaan surat kabar, dan dia ikut dengan suaminya ke Batam. Semenjak itu, hanya hujan yang menghadirkan kenangan, hanya jalanan yang menuliskan kisah-kisah kami, seperti malam ini. Esok tak akan ada yang tahu, tapi hati tak pernah mati, mungkin takdir, mungkin juga keyakinan, aku hanya tahu ia akan kembali di sini suatu saat nanti. Selama itu, aku hanya bisa menunggu, bersama hujan dan kicau harapan di pagi hari.

Ah, perempuan itu, mengagumkan!

Haries Budjana

Comentários:

Posting Komentar

 
RENUNGAN JIWA © Copyright 2013 | Design By Haries Budjana |